Annyeong~ I’m back again with my ff~ How long since my last ff ‘This Is Our Destiny’? Did you all missing me? No? Alright, ==”
Okke~ Udah lama kan? Nunggu kan? Jujur aja, buktinya ngunjungin terus, haha. Saya kembali dengan ff Him-Sun couple :9.. Karna saya suka couple ini~ Hee,, langsung terlintas di benak aja pengen buat ff tentang couple ini. Mian. Silakan menikmati(?) ya ff saya kali ini. Lagi cobain genre sedih, semoga saya berhasil membuat anda-anda sekalian bersedih, *ea*
Rain Sound..
- Main Cast : Kim HimChan (B.A.P), Han SunHwa (Secret)
- Support Cast : You can find it yourself, ^^
- Genre : Romance, Sad
- Author : dk1317 a.k.a GDhia/GDhia1
P.S : This is just FF and my other imagine, don’t be plagiat and other that god and I don’t like, and please don’t be silent readers, please leave some comment~
Happy Reading~
***
Ingin menangis tapi tidak dapat menangis. Kau tahu bagaimana rasanya?
Dan ketika kau mulai akan menangis, kau di pertemukan oleh takdirmu. Kau tahu bagaimana rasanya?
***
Himchan POV
Ku langkahkan kakiku pergi meninggalkan kursi taman kota Seoul. Melihat-lihat suasana sore hari ini sangat ramai dipenuhi para penduduk yang sedang berjalan-jalan. Mataku melihat sosok seorang yeoja cantik mengenakan terusan berwarna cream, rambutnya panjang bergelombang. Dia tersenyum memandangi langit sore hari sambil memegang tasnya yang berwarna senada.
Jantungku langsung berdegup kencang seakan-akan sedang melihat malaikat turun. Ku beranikan diriku untuk menyapa yeoja tersebut.
“johgi..”
Yeoja itu menoleh sambil memperlihatkan wajah bingungnya, lalu sesaat kemudian tersenyum dengan manisnya..
“ne?” tanyanya ramah
Aku terdiam sesaat, terpesona akan kecantikan yeoja yang berada di depanku saat ini.
“a-annyeonghaseyo. Apakah kau sendirian?” tanyaku dengan gugup
Dia terlihat ragu dengan pertanyaan ku lalu tertawa kecil, “apakah aku terlihat seperti sendirian?” dia balik bertanya padaku
“ka-kalau begitu, apakah kau bersama pacarmu?”
“ani..”
“lalu, kau bersama ibumu?”
Dia menggeleng, aku bingung sebenarnya dia bersama siapa..
“babo, aku ini sedang bersamamu. Apakah sekarang aku terlihat seperti sendirian ha?”
Aku terkejut sesaat dengan pernyataannya. Benar juga kata yeoja ini, dia tadi memang sendirian, tapi sekarang dia bersamaku.
“ahaha,, jwiseonghamnida..” kataku sambil tersenyum kecil
“siapa namamu? Sepertinya kau orang yang menarik..”
“aku? Kim Himchan. Kalau kau sendiri?”
“Han Sunhwa. Bangawoyo..” dia menjulurkan tangannya
Aku menatap tangannya diam, sambil sesekali menatapnya..
“hei, tidak mungkin kau tidak tahu cara bersalaman kan?” tayanya sambil tertawa kecil
Aku ikut tertawa lalu menjabat tangannya. Namun, tiba-tiba saja tangannya langsung terlepas dengan lemas. Dia terkejut sesaat sambil memegangi tanggannya.
“waeyo?” tanyaku
“a-aniya..”
Dia tersenyum padaku dan aku membalas senyumnya. Aku terus menatap tangan yang dipegang erat olehnya itu. Ada apa? hanya itu yang ingin kutahu.
***
“jalke Himchan-ah. Besok bertemu lagi ya disini jam 3 sore..”
“eo..”
Aku berbalik pergi menjauhinya. Kuambil handphoneku dari saku jeans. Aku berhenti sesaat lalu berbalik kearah Sunhwa.
“Sunhwa-ssi!”
Dia menoleh dan tersenyum kecil, “wae?”
“bo-boleh aku minta nomor handphone mu?”
Dia menatapku sesaat lalu mengambil handphone dari tasnya.
“minta handphonemu..”
Aku memberikannya handphone-ku. Dia menekan beberapa angka dan menekan tombol telpon. Sesaat kemudian, handphone-nya berbunyi..
“ini nomor handphone-ku, aku juga sudah dapat punyamu..”
“kamsahaeyo..”
Dia tersenyum lalu tiba-tiba cemberut..
“w-waeyo?” tanyaku
“ya! Tidak bisakah kau berbicara informal denganku. Aku tidak terlalu suka bicara formal dengan orang yang seumuran denganku..”
“a-arasseo..”
“hm, gitu dong.. jalke, himchan-ah..”
Dia berjalan menjauhiku sambil melambai tangannya. Dari kejauhan, lagi-lagi dia memegang erat tangannya. Sebenarnya ada apa?
***
“aku pulang..”
“TIDAK KAH KAU MENGERTI MENGAPA AKU MENANGIS HAH! TIDAKKAH KAU MENGERTI ITU..”
Aku berjalan masuk kedalam rumah mendapati suara teriakan ibu dari ruang keluarga. Ku paksakan kakiku berjalan melewati ruangan tersebut.
“AKU SUDAH BILANG PADAMU ITU SALAH PAHAM!! JUSTRU KAU YANG TIDAK MENGERTI!”
Teriakan ayah dan ibu sudah menjadi hal yang biasa untukku. Mereka selalu berkelahi, tidak ada ujungnya lagi. ku langkahkan kakiku menuju lantai dua.
Di depan sana merupakan kamar nunaku.
‘tok tok tok’ “nuna..”
Tak ada jawaban dari nuna, karenanya aku langsung membuka pintu kamarnya. Dia terlihat sedang menunduk sambil memegangi headphone yang ada ditelinganya yang ku yakini saat ini dia sedang menangis. Ku biarkan dia menangis dan aku pergi menuju kamarku.
Sesampainya di kamar, aku langsung terbaring lemas. Suara ayah dan ibu masih saja terdengar, bahkan lebih besar dari pada yang tadi. Tidakkah mereka malu dengan tetangga yang lain? Tidakkah mereka sadar kalau tetangga yang lain mungkin akan terganggu?
Aku meraba-raba seluruh daerah tempat tidurku, mencoba mencari headphone. Setelah ku temukan, langsung ku pasang ke ipod ku dan kuputar lagu yang sangat kusukai. Dengan volume besar aku mencoba menutupi suara pertengkaran ayah dan ibu dengan suara musik dari ipod ku. Ku pejamkan mataku. Dan perlahan, air mataku mengalir.
***
Sunhwa POV
Hari ini, aku akan bertemu lagi dengan namja yang bernama Kim Himchan itu. Sepertinya dia orang yang asyik, aku jadi penasaran dengannya.
Tidak kusangka aku datang ke taman sedikit lebih cepat dari jam janjianku dengan Himchan, seperti bukan diriku saja. Aku mencari-cari tempat duduk kosong dan akhirnya ku temukan. Aku pun duduk di kursi itu dan akan mendengarkan musik agar aku tidak terlalu bosan saat menunggu Himchan.
Aku mengambil hanphone-ku dan headset ku dari dalam tas. Tiba-tiba saja tanganku lemas dan bergetar. Aku mengenggam kuat tanganku dan mencoba agar tidak bergetar lagi.
“kumohon berhentilah..” bisikku dengan lirih
Setelah beberapa menit, akhirnya getaran itu hilang. Aku langsung mengambil hanphoneku dan mendapati beberapa pesan masuk.
From: Himchan
Kau sudah datang? Mungkin aku akan sedikit terlambat.
Saat ku pandangi jam, ternyata sudah jam 3 lewat, aku menghela nafas dan membalas pesan Himchan.
To: Himchan
Gwenchana. Aku akan menunggu.
Akhirnya, sambil menunggu aku mendengarkan musik lewat hanphone-ku sambil menikmati pemandangan di depanku.
***
“mian, aku terlambat. Apakah kau sudah menunggu dari tadi?” Tanya Himchan
Aku merengut kesal lalu berdiri dari kursi dan melihat jam di tanganku.
“ini sudah jam berapa. Kau benar-benar lama. Memangnya apa yang kau lakukan?”
Dia terlihat bersalah, “tadi, bos di tempatku kerja sambilan mendadak sakit, jadi aku harus mengurusnya dulu..”
“arasseo, sebagai gantinya kau traktir aku..”
Dia terkejut lalu tersenyum, “oke..”
***
Entah kenapa, pergi ke taman sore-sore seperti sebuah kebiasaan untukku sejak bertemu dengan Himchan. Sudah tiga bulan kami saling mengenal. Dan dia juga yang telah membuatku nyaman selama ini. Yang membuatku melupakan semua rasa kesakitan ini.
“Sunhwa-ah..” panggil ibuku
Aku menoleh dan mendekati ibu, “ne eomma?”
“hari ini mau ke taman lagi?”
“eo..”
Ibu menghela nafas sesaat lalu mengenggam tanganku, “bagaimana kalau hari ini kita periksa kesehatanmu? Besok saja kau kesana lagi, eo?”
Aku terdiam mendengar permintaan ibu. Aku tidak mau diperiksa, jika diperiksa sama saja membuatku sakit hati dengan hasil-hasil yang tak meng-enakkan itu. Tapi, mau bagaimana lagi, aku harus diperiksa kan?
“arasseo..”
Ibu tersenyum lalu menciumi keningku dan meninggalkanku. Aku mengambil handphone dan memberi pesan kepada Himchan.
To: Himchan
Mianhae, hari ini aku tidak ke taman.
Setelah ku kirim, aku mengganti pakaianku bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Ku turuni anak tangga di rumahku, tiba-tiba saja badan ku langsung melemas, pandangan mataku buyar, semuanya menjadi gelap..
‘bruk’ aku terjatuh lemas, sayup-sayup terdengar suara teriakan ibu. Tak lama kemudian, aku tak dapat mendengar apapun, tak dapat melihat apapun.
***
Suara hujan? Aku dimana? Kenapa aku hanya bisa mendengar suara hujan? Kenapa semuanya gelap?
Aku berjalan menyusuri ruangan gelap itu. Mencoba mencari sudut di ruangan ini. Secara tiba-tiba, ada bayangan seseorang yang tak berada jauh dari hadapanku, disinari cahaya putih dan hujan membasahinya.
Bayangan tersebut adalah bayangan seorang namja, dia terlihat sedang menunggu seseorang. Semakin ku perhatikan, bayangan tersebut semakin jelas, dan semakin ku percayai, itu adalah Himchan.
Tiba-tiba saja aku teringat Himchan. Aku harus kembali ke duniaku dan pergi menemui Himchan, dan katakan padanya bahwa aku baik-baik saja.
Aku berlari menyusuri ruangan tersebut, namun tetap saja tidak dapat ku temukan satu sudut pun. Kenapa? Kenapa aku tidak bisa keluar? Aku ingin keluar, aku ingin melihat Himchan.
Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dan membuat seluruh ruangan tersebut menjadi putih, penghilatan ku pun terganggu. Tapi, cahaya tersebut terus menerang membuat ruangan dan penglihatanku semakin silau.
***
“… dok? Jadi, anakku sakit apa?”
Itu, bukankah itu suara ibu?
“kita harus memeriksa lebih lanjut. Jadi, dia harus menjalani beberapa tes. Tesnya akan dimulai ketika dia sudah siuman..”
Suara siapa itu? Aku tidak mengenal suara itu..
Perlahan aku mendengar isak tangis ibu.
Kenapa ibu menangis? Aku ingin melihat ibu, kenapa ibu menangis?
Ku paksakan mataku terbuka namun tetap tak bisa terbuka. Dan setelah aku menyerah, akhirnya mataku dapat kubuka walau dengan perlahan.
Rasanya semua cahaya masuk secara tiba-tiba. Aku memejamkan mataku lalu membukanya lagi, mencoba untuk tidak membiarkan cahayanya masuk secara langsung. Terlihat wajah dongsaeng dan ayahku ketika aku membuka mata.
Aku tidak kenal tempat ini, atap yang sangat tidak ku kenal. Keperhatikan disekitarku. Jendela, sofa, meja, bahkan kasur ini bukan punyaku. Setelah ku sadari sebuah selang infuse tersambung ke tanganku.
Ah, aku berada di rumah sakit ya? Berarti, sakitku sudah parah.
Ibu menghampiriku dan mengenggam tanganku erat.
“gwenchana Sunhwa-ah..”
Aku terpaksa tersenyum dan berharap kalau ini akan benar baik-baik saja.
***
Himchan POV
Setelah pesan terakhir dari Sunhwa, aku sama sekali tidak mendapat kabar apapun darinya, sudah seminggu sejak pesan tersebut. Ada apa dengannya? Apakah ini ada hubungannya dengan tangannya yang bergetar itu?
Ku pegangi handphone-ku dan berharap mendapat pesan masuk dari Sunhwa. Namun hasil yang ku harapkan nihil. Tidak ada satu pun pesan dari Sunhwa. Aku memandangi langit sore di taman kota Seoul. Jika melihat langit sore ini, aku teringat kembali dengan Sunhwa.
Akhirnya ku putuskan untuk mengirim pesan untuk Sunhwa.
To: Sunhwa Baca lebih lanjut →